6 Penumpang dan Awak Terluka Pesawat Qatar Airways Terkena Turbulensi

Insiden Qatar Airways terkena turbulensi hanya selang beberapa hari berasal dari momen turbulensi kritis yang dialami Singapore Airlines.

Sebanyak 12 orang terluka didalam penerbangan Qatar Airways dari Doha ke Dublin akibat turbulensi kritis yang berlangsung pada Minggu (stemlannews). Beruntung, pesawat itu berhasil mendarat di Dublin sesaat sebelum saat pukul 1 siang, kala setempat.

Pesawat itu langsung disambut layanan darurat, juga polisi bandara dan juga departemen pemadam kebakaran dan penyelamatan. Menurut pernyataan berasal dari Bandara Dublin, enam penumpang dan enam awak terluka didalam insiden tersebut. Mereka juga membuktikan bahwa penerbangan Qatar Airways QR107 mengalami turbulensi saat terbang di atas Turki.

Bandara Dublin menyebutkan pihaknya menunjang penumpang dan staf dan operasinya tidak terpengaruh. Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Qatar Airways menyebutkan bahwa penerbangan berikut mendarat dengan selamat di Dublin, tetapi ‘sejumlah kecil penumpang dan awak pesawat mengalami luka ringan didalam penerbangan dan saat ini menerima perawatan medis’.

“Masalah ini saat ini tengah didalam penyelidikan internal,” lanjut pernyataan maskapai. “Keselamatan dan keamanan penumpang dan awak kami adalah prioritas utama kami.”

Peristiwa ini berlangsung beberapa hari sehabis 104 penumpang terluka dan seorang pria dengan penyakit jantung tewas didalam penerbangan Singapore Airlines yang dilanda turbulensi parah. Penerbangan SQ321 berasal dari London ke Singapura terbang pada ketinggian 37.000 kaki pada Selasa, 21 Mei 2024, kala pesawat turun tajam sebelum saat naik beberapa ratus kaki, menurut data pelacakan penerbangan. Kasus turbulensi sanggup makin kerap berlangsung akibat pergantian iklim.

Perubahan Iklim Perburuk Turbulensi

Sekitar 65.000 pesawat mengalami turbulensi tengah tiap-tiap tahunnya di AS, dan lebih kurang 5.500 mengalami turbulensi parah. Namun, angka-angka ini mungkin ditakdirkan untuk konsisten bertambah.

Paul Williams, seorang profesor ilmu atmosfer di Universitas Reading di Inggris, menyebutkan kepada CNN pada 2022 bahwa dia yakin pergantian iklim merubah turbulensi.

“Kami menjalankan beberapa simulasi pc dan mendapatkan bahwa turbulensi kritis sanggup berlipat ganda atau tiga kali lipat didalam beberapa dekade mendatang,” kata Williams.

Temuan tersebut, yang sesudah itu dilakukan konfirmasi lewat observasi, menyoroti model turbulensi yang disebut ‘turbulensi hawa jernih’, yang tidak berkenaan dengan arahan visual apa pun seperti badai atau awan. Berbeda dengan turbulensi biasa, turbulensi berlangsung secara tiba-tiba dan sukar dihindari.

Penerbangan Singapore Airlines SQ321 itu tidak dilanda turbulensi hawa jernih, tetapi badai petir yang berkembang pesat. Belum diketahui turbulensi seperti apa yang dialami pesawat Qatar Airways.