James Cameron yaitu sosok vegan dan environmentalis sejati, pernyataan hal yang demikian tercermin dari film-film lainnya seperti Terminator yang membuktikan akhir zaman imbas kekacauan alam oleh teknologi atau Avatar dengan ekokritiknya. Dalam film Titanic, secara gamblang James Cameron mencoba melaksanakan pendekatan filsafat Romantisisme yang pantas dengan sifat environmentalis Cameron lewat penokohan Rose (Kate Winslet) yang melawan arus kultur peradaban modern.

Filsafat Romantisisme dalam gerakan sosial yaitu tanggapan pada konvensi sosial yang semacam itu rigid dikala itu; dominasi kaum aristokrat atau kaum bangsawan. Ciri khas aliran ini yaitu perlawanan pada skor yang sudah ada. Kemunculnya diamini perkembangan teknologi berupa revolusi industri yang dibarengi dengan metode pikir rasionalistik, sehingga slot gacor hari ini manusia merasa lebih tinggi lalu mengeksploitasi alam. Persis seperti cerita Titanic yang membuktikan keserakahan dan kemajuan peradaban manusia.

Pendekatan romantisistik mengajak manusia kembali bersahabat dengan alam dan menekankan kebebasan dari tatanan yang sudah ada. Sosok filsuf romantisisme; Jean-Jacques Rousseau mengambarkan manusia secara natural itu baik, berbanding terbalik dengan Thomas Hobbes dengan pernyataan bekennya “homo humini lupus” yang berarti “Manusia yaitu serigala bagi manusia lain”. Rousseau berasumsi bahwa Man is born hanya-hanya and everywhere he is in chains. Akan namun rantai hal yang demikian dirusak oleh kemajuan peradaban (modernisasi) yang menurutnya membuat manusia kehilangan fitrah (alamiah). Ia hal yang demikian yang coba dibeberkan Cameron dalam Titanic. Kau membuktikan materialisme sebagai syarat tunggal manusia untuk berada di puncak kelas sosial, sementara Rose dalam film ini yaitu manifestasi sempurna dari kesenjangan hal yang demikian.

Silang Sengkarut Materialisme dan Patriarki

Titanic yang berlatar tahun 1912 ini mengisahkan Rose yang mengalami depresi karena represi sosial, bahkan dampak dari perkembangan peradaban modern. Perempuan masih dianggap kaum yang semacam itu lemah hingga hanya dimaklumkan untuk bekerja di rumah. Dogma patriarkial membuatnya merasa tidak merdeka sebagai perempuan. Dalam cuplikan film hal yang demikian, ada satu momen dikala ibunya berkata: “Ingat, ayahmu mati menutupi hutang yang banyak dengan nama baik.” Ungkapan itu dilontarkan dikala ibunya juga mengatakan terpaksa memasrahkan Rose pada Caledon Hockley, seorang aristokrat kaya dan licik demi kehidupan yang cocok. Praktik patriarki juga tampak dikala adegan Rose dipaksakan untuk mengetatkan pakaian oleh ibunya. Ini yaitu salah satu terobosan dari Cameron yang bersebrangan dengan anggapan Rousseau bahwa perempuan mempunyai kebajikan feminin yang cenderung mengarah pada konsep patriarkial karena derajatnya yang tidak seimbang dengan laki-laki.

Pada April 1912, Rose yang dikala itu berusia 17 tahun bersama ibu dan tunangannya Cal, menaiki Kapal Titanic, simbol kemajuan peradaban yang diagungkan dengan slot888 kutipan “Even God himself couldn’t sink this ship.” Singkat cerita, Rose yang sudah lelah akan represi sosial yang diterimanya hendak melaksanakan bunuh diri di tengah lautan lepas. Niatnya ini terhalang oleh Jack, laki-laki liar yang tidak ingin terikat dengan moral kesopanan bangsawan. “Malahan akan mati, kalau kamu tidak membebaskan dirimu. Mungkin tidak langsung, karena kamu kuat,” ujar Jack selang beberapa waktu setelah adegan hal yang demikian. Menurutnya bukan mati agar bebas, justru berjuang supaya tidak mati; dalam artian membebaskan diri.

Dominasi borjuis atas proletar memang jadi bumbu dalam film ini. Terhadap dikala kapal hampir tenggelam, ibu Rose masih sempat bertanya, “Apakah sekoci dibagi berdasarkan kelas?” Ia hal yang demikian bertolak belakang dengan pernyataan Rousseau, “ketika akan dihadapkan kematian, maka perbudakan tatanan ini hancur”. (SocialContract, 121). Pernyataan tersebutlah yang dipikirkan Rose sebelum ia diselamatkan Jack.

Kritik Setelah Rasionalisme, Kematian Jack, dan Rose yang Bebas

Kritik terhadap aliran rasionalisme tampak jelas dikala adegan Rose dan Cal diperlihatkan dengan lukisan-lukisan Picasso. Tanda mengamati karya-karya nyentrik seniman abad 20 hal yang demikian, Rose mengatakan, “Ada kebenaran di luar logika,” menandakan bahwa yang utama bukan rasionalitas, melainkan hati, perasaan, dan imajinasi. Ia hal yang demikian juga menjadi jawaban bagaimana tatanan yang tidak adil hal yang demikian dapat dilawan, jawabannya merupakan kembali ke alam dan hati, Romantisisme. Ia ini sebagaimana Jack mengajak Rose ke ujung dek kapal, memintanya menaiki pagar dan memejamkan mata, menunggu kapal untuk tenggelam. Kemudian adegan fenomenal terjadi, Jack memeluk Rose dari belakang, diiringi lantunan ‘My heart will go on’ kemudian Rose memejamkan matanya, menyatu dengan alam, merasakan kebebasan.

penonton dihasilkan luluh atas adegan hal yang demikian, penonton dihasilkan sedih serta berang dikala klimaks; kematian Jack. Banyak fans yang menuding bahwa Rose membunuh Jack karena memperbolehkannya mati kedinginan, mereka mengatakan Rose yaitu perempuan tak tahu diuntung. Terlepas dari tudingan hal yang demikian, kematian Jack sejatinya yaitu sebuah pesan bahwa Rose akhirnya menjadi perempuan mandiri tanpa Jack, serta terbebas dari represi sosial dan kultur, termasuk dari tunangannya, Cal. ini semakin jelas dikala kamar Rose terpampang foto bagaimana Rose melanjutkan kehidupannya dengan berkuda dan menerbangkan pesawat, kegiatan yang hanya dikerjakan laki-laki dikala itu. Kebebasan Rose juga diperkuat dengan adegan Rose membuang kalung berlian ke laut, dia menegaskan bahwa dirinya tidak terikat materi. Melepas dari tatanan kelas. Sementara Cal diceritakan bunuh diri imbas bisnisnya yang bangkrut.

Romantisistik memang membawa angin slot demo wild west gold segar bagi sisi kemanusiaan yang dilupakan. Film Titanic mengingatkan akan potongan kudapan manis yang hilang dari abad pencerahan yang menekankan pada nalar budi. Cameron terlalu membuktikan Romantisisme sebegitu dewa sehingga melengserkan rasio. Ia ini merupakan hal yang keliru pula. Hati dan imajinasi memang bagian besar dari kehidupan manusia, namun rasio juga jadi pegangan yang tidak bisa dipakirkan. kata pepatah: jangan seperti pendulum.